Pemulung dan Syahwat Menulis
Kecenderungan orang untuk meng-orgasme-kan ide visioner sangat harus dilakukan. Terlebih jika ia menjadi bagian dari dunia akademik. Sampah-sampah ide yang semakin banyak dibuang akan semakin banyak pula mendapatkan respon dari pemulung yang memerlukan tulisan kotor tersebut. Para pemulung ide, gemar memakai ide sebagai referensi karya kumpulan mereka.
Gancu internet atau media-media menjadi pengail ide pemulung yang keluar dari hasil orgasme pembuat ide yang terperas dari otak pede-nya. Orang sangat perlu memeliki tingkat syahwat yang tinggi bila ia ingin mendapatkan respon jempol dari para pemulung yang memakai ide-ide barunya.
Sampai kapan kita menjadi pemulung dan pengemis ide-ide atau karya yang sama-sama kacungan dengan kita? Apakah kita tidak bisa melakukan onani ide dalam tulisan-tulisan yang kita pamerkan pada media massa atau bahkan penerbit-penerbit sombong?
Mau atau malu jika Anda dikatakan sebagai juragan yang kaya akal dan kaya ide berkat warisan Sang Pencipta tapi Anda mandul dalam meng-ejakulasi-kannya. Anda ketinggalan dengan para turis asing yang mampu merayu dan memancing kita dengan ide-ide mereka. Sehingga kita terkontaminasi ide-ide turis tersebut. Kapan Anda membuat ide dan sampai kapan Anda memakai ide orang lain. Padahal ide orang lain yang Anda pakai belum tentu juga menjadikan Anda sukses.
Kalau memang demikian, tidak usah kacangan, manja, dan mandul untuk membuat ide sendiri. Sebab kamu adalah kamu, bukan kamu adalah saya atau lainnya. Jadilah diri sendiri yang mampu ber-ejakulasi sendiri dalam menuangkan ide-ide visioner ke mata dunia. Kita ini kaya, tidak miskin. Tapi jangan berlagak miskin seperti pemulung ide yang profesinya hanya mengharapkan dan menngunduh hasil orgasme orang lain.
Kiranya, sebagai calon cendekiawan yang lahir dari paruh akademik. Mau tidak mau harus bersyahwat dalam mengejakulasikan ide barunya. Terlebih dalam rupa tulisan yang menjadi modal utama, jika Anda ingin direspon oleh pemulung-pemulung ide yang rendahan.[ ]
*) Aria Beta
Calon Etnomatikawan asal Lamongan
0 Komentar:
Post a Comment