Transform the Unimportant become Important

Merubah yang Remeh Jadi Penting 

Judul buku : Still More About Nothing
Penulis : Wimar Witoelar
Penerbit : Bentang Pustaka, Yogyakarta
Tahun Terbit : Juli, 2011
Tebal : xii + 180 halaman

Banyak hal-hal kecil dapat menjadi sesuatu hal yang besar, itu karena kita sendiri. Manfaatkanlah peluang kecil untung menghasilkan karya besar. Begitulah kesan saya saat membaca buku ini, “Still More About Nothing” karya Wimar Witoelar seri buku ketiga setelah buku “A Book About Nothing” dan “More About Nothing”.
Begitu juga menurut Wimar, setelah perjalanan panjang mengerjakan banyak hal, ternyata yang paling penting dan mendasar adalah bagaimana kita sanggup mengambil pesan-pesan dari hal-hal yang biasa terjadi sehari-hari. Seperti itulah sumber gagasan yang diramu oleh Wimar dalam menyulam isi buku ini. 
Buku ini, topiknya sebenarnya tidak jauh dari gagasan sederhana dan tidak asing didengar. Namun, Wimar meramunya dan merubah menjadi gagasan yang sejuk dan segar dibaca. Dari mulai soal kakinya yang istimewa, soal temannya yang sekolah di luar negeri, soal buang gas, dan sebagainya. Mengelitik, seru, membuat kita tersenyum, dan kemudian meresapi maknanya. 

Dokter Gigi 
Simak soal “Dokter Gigi yang elektik”. Ketika Gus Dus mengatakan, “Saya suka si Itu karena dia bersikap elektik.” Setelah menerima penjelasan dari beliau, Wimar membuka internet. Di sana ada banyak penjelasan, dari kamus mendefinisikan elektik adalah “memilih dari berbagai sumber, tidak ikut satu aliran, tapi mengambil yang terbaik dari berbagai sistem”. Sehingga, Wimar menyimpulkan “untuk bisa mengambil yang terbaik”, berarti kita harus mengenal sifat terbaik dari berbagai sumber. 
Wimar mengangkat pesan dari seorang dokter gigi, “Jangan pernah mencabut gigi sebab gigi itu saling memperkuat gigi yang lain. Mencabutnya akan merusak kombinasi dan sinergi yang sudah terbentuk lama.” Maksudnya, ketika dalam sebuah sistem ada beberapa hal di dalamnya yang lemah, ini jangan dianggap sebagai sumber kehancuran. Kenalilah sifat-sifat terbaik dari hal-hal lain (sumber lain). Minimal ada satu yang kuat, ia bisa menjadi janggar bagi yang lemah. Sama dengan kelompok 20 orang, ada lima orang yang kuat, mereka bisa menyangga kekuatan semuanya. 
Hal lain yang sederhana, dan kayaknya nothing (remeh) tetapi sebenarnya ada pesan penting yang bisa diambil. Wimar menunjukkan sebuah kesederhanaan menjadi sebuah keistimewaan. Dari topik, “Mengapa Daun Berubah Warna?” Sebenarnya daun berubah warnanya itu adalah memang sifat yang dimilikinya selain sifat hijaunya. Jadi, daun itu memiliki warna kuning emas, merah, dan coklat. Warna-warna itu sebetulnya ada dalam setiap daun, tetapi tidak kelihatan karena tertutupi oleh warna hijau pada musim hujan. Begitu hijau-hijaunya hilang, kelihatan warna-warna itu. 
Wimar mengambil pesan dari cerita daun, Apa yang bisa dipetik dari cerita daun? Secara detil baca buku ini. Namun pesan sederhanya bahwa manusia punya kekuatan pikiran yang luar biasa sehingga daun yang mati kelihatan cemerlang. Kalau kita kuat imjinasi dan keyakinan, kita dapat melihat keindahan dalam kerontokkan. Dan, kalau kita sabar menunggu, warna hijau akan berkuasa lagi, dan warna kesedihan bersembunyi sekali lagi di balik warna kehidupan. 
Lintong Simaremare pengerak The Salvation Army dan pernah meraih Anugerah Wira Bhati Nugraha dari Menteri Koperasi dan UKM sebagai pengusaha peduli sosial menyebutkan misi yang sama dengan Wimar bahwa “Pengalaman bukan dinilai dari lamanya melakukan suatu hal, namun, dari seberapa banyak menarik pelajaran dari apa yang sudah kita alami.” 
Buku Still More About Nothing itu justru it’s about everything plus it’s beyond your expectation. Nothing-nya seorang Wimar itu sangat deep, menambah berbagai ilmu dari yang peting banget sampai yang tidak penting banget. Rasanya seperti turis yang naik taksi dan mempersilakan sang sopir membawa kita sesukanya tanpa tujuan pasti tapi perjalanannya sangat menyenangkan sekali! Seperti itu ungkapan Melissa Karim, seorang Presenter TV, MC, artis, penulis skenario, dan penyiar radio. 
Simpel gagasan yang diangkat Wimar, buku ringan dapat dikonsumsi siapa saja, mudah terserap pesan ceritanya dan yang paling penting Wimar tidak menggurui, tidak mau mengubah pendapat orang yang sudah punya pendirian, tetapi hanya mau berbagi perspektif. Ia membiarkan orang lain membaca pesan dengan cara pandangnya sendiri. 
 Hal remeh bisa saja menjadi sesuatu hal yang sangat penting bagi kita. Tidak lain karena kita sendiri yang mau memanfaatkan dan mengambil pesan yang tertata rapi itu. Melalui buku ini, kita diajak untuk merepetisi hal-hal remeh (nothing). Tidak perlu cerita panjang tentan buku ini, sebab “nothing” akan menjadi jelas dari tulisan-tulisan kecil ini. Bisa juga tetap tidak jelas, semua tergantung yang membaca.[] 


Bayu Tara Wijaya 
Pengasuh Sangar Baca Pustaka dan banyak belajar di LKP2M UIN-Maliki Malang

0 Komentar:

Copyright © 2012 Sanggar Baca Pustaka.