Untuk memulai sesuatu, kadang tidak harus dengan yang baru.
Tetapi cukup dengan sesuatu yang nyaman dan cocok buat kamu.

Nah, ketika saya memikirkan sebuah “BISNIS”!

Maka, saya harus mulai dengan yang NYAMAN dan COCOK.
Dan ternyata sekarang saya menemukan sebuah “BISNIS”
yakni Bisnis Online.

Tentu…!

Sekarang, ada yang EXTRA LARGE (3 in 1)!
NYAMAN juga, COCOK pastinya, dan BARU tentunya.

Maaf ini hanya untuk kamu yang “PUNYA BISNIS” dan ingin MAJU (Go Ahead).

Kamu HARUS tau sekarang Toko Online butuh!
Ini salah satu fitur yang memanjakan para pemilik toko online.
#1 - tombol kirim sms otomatis (bisa di android & iOs, tested!)
#2 - tombol add bbm otomatis

cek demonya di sini: http://goo.gl/VrYCF0

coba dibuka dari HP, trus klik tombolnya.

KAMU TERTARIK!
Daftarkan diri untuk bisa aksess premium di sini: http://goo.gl/m0EMDp







Ada catatan bagus patut untuk direnungkan buat PEDIDIKAN DI INDONESIA. Dan semoga segera ada perubahan pada pendidikan di negara kita. Semoga dibaca para petingi, ayo baca dan sebarkan. Berikut catatannya:

APA KABAR ASIA?
Pagi ini saya dapat materi bagus, tetang kebiasaan lemah orang Asia dari seorang kawan. Bukan ramuan saya tapi dari beliau; Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland, dalam bukunya "Why Asians Are Less Creative Than Westerners" (2001) yang dianggap kontroversial tapi ternyata menjadi "best seller". (www.idearesort.com/trainers/T01.p) mengemukakan beberapa hal ttg bangsa-bangsa Asia yang telah membuka mata dan pikiran banyak orang:

“Praktekin” Satu Hari, Satu Inovasi
@AbaBayu | Bayu Tara Wijaya

Alasan hadirnya buku ini ada pada bagian “mengapa harus kreatif?”, yang menjadi sederet cerita dan ide inspiratif yang ditulis Tim Wesfix dalam menyusun buku ini. Bagian tersebut diawali dengan pertanyaan seperti judul bagiannya, yang cukup diplomatis dan cukup membuat pembaca pun berpikir sejenak atas pertanyaan yang dibuatnya.

Diungkapnya fakta bahwa 5 tahun yang lalu, pasar smartphone dikuasai oleh RIM, melalui produk Blackberry. Namun akhir-akhir ini saham produk ini terjun bebas (kini 3% di AS, yang sebelumnya mencapai 50%). Kemerosotan pasar RIM, tidak lain berkat sambutan masyarakat dunia pada produk Apple dan Android yang selalu berinovasi menjawab kebutuhan.  Dan beberapa fakta lain tentang “inovasi” untuk tetap tampil di depan.
Menyoal Indonesia yang Bermartabat
@Ababayu | Bayu Tara Wijaya


Buku Berguru pada Realitas, Refleksi Pemikiran Menuju Indonesia Bermartabat merupakan percikan gagasan KH. Salahuddin Wahid atau yang akrab dipangil Gus Sholah. Gagasan hasil merefleksi beliau untuk kemantapan Indonesia yang lebih baik. 

Buku ini diklasifikasikan dalam sub-sub tema yang bernuansa keagamaan meliputi: (1) Tuhan dalam Realitas Keberagamaan Kita, (2) Etika Islam dalam Bermasyarakat, (3) Pendidikan dan Dunia Pesantren, (4) Oase Ramadhan dan Estetika Ritual, (5) Hubungan Agama dan Negara, (6) Dinamika Keberagamaan, (7) Mengukur Kesetiaan Berbangsa, (8) Prinsip dan Etika Kepemimpinan, (9) Dinamika Kepemimpinan Nasional, dan (10) Kaum Muda dan Kaderisasi Kepemimpinan.
Teka-Teki Dunia ala Michael J. Fox 
Judul buku : Hidup Itu Lucu
Penulis : Michael J. Fox
Penerjemah : Rahmani Astuti
Penerbit : KAIFA, Bandung
Tahun Terbit : I, 2011
Tebal : 131 halaman

Hampir semua orang, ketika ada orang sukses tentunya bertanya-tanya “kenapa orang lain lebih sukses daripada saya?” Karena pertanyaan inilah yang menjadikan orang semakin terpikat dengan kisah-kisah sukses orang terkenal untuk memotivasi diri dan mengemabil pelajaran hidupnya agar bisa sukses juga.
Salah satunya, yakni Michael J. Fox, tidak tamat SMA, tapi dia menerima gelar kehormatan dari sejumlah universitas. Kenapa demikian? Sebab, Michael J. Fox memiliki kelebihan yang bisa diakui oleh semua kalangan, usia, dan di manapun. 
Melalui buku Hidup Itu Lucu merupakan kisah aktor yang tidak tamat SMA tersebut. Michael J. Fox tidak tamat sekolah, bukan berarti tidak mampu untuk sekolah dari segi kecerdasan, ekonomi, dan sebagainya. Melainkan tidak tamat SMA adalah pilihan hidup Michael J. Fox untuk sukses. 
Untuk itulah, saat Michael J. Fox memutuskan pilihannya ia pun berusaha untuk membuktikan kepada dunia bahwa ia tetap bisa sukses. Melalui motivasi yang dimiliki Richard Ronson, pendiri Virgin Music dan Virgin Atlantic Airways; Henry Ford, pendiri Ford Motor Company; Philip Emeagwali, ilmuwan seperkomputer dan salah seorang pionir internet; Jack Kent Cook, raja media dan pemilik Washington Redskins. Mereka adalah orang-orang sukses, meski pernah di-DO dari sekolahnya. 
Michael J. Fox dalam buku ini tidak bermaksud mengajarkan kita untuk tidak bersekolah. Namun, kita diajarkan untuk menentukan pilihan hidup. Mau kemana kita? Jadi, kalaupun Anda berani meninggalkan sekolah, berarti Anda harus bisa memuktikan bahwa Anda bisa sukses pula. Nah, kalaupun belum siap, lebih baiknya bersekolah. Karena merupakan menanam sesuatu, dan buah hasil dari tanaman tersebut akan kita petik 20 hingga 30 tahun mendatang. Semakin baik kita merawat pohonnya, dan semakin bermanfaat pohon tersebut bagi kita dan orang lain. 
Meskipun Michael J. Fox tidak selesai sekolahnya, ia pun tetap semangat untuk belajar. Melalui membaca-baca buku dan mempelajari kehidupan bersama alam raya. Michael J. Fox sanggup menuntaskan bacaan dan mengerti ilmu-ilmu yang pada umumnya sulit kalau tidak bersekolah dahulu, seperti ilmu Ekonomi, Sastra Komparatif, Fisika, Ilmu Politik, dan Geografi. 
Ternyata bekal hidup Michael J. Fox tidak cukup dengan keberaanian saja, tetapi setiap saat dia harus mendapatkan pelajar baru dari hidupnya. Menganggap, hidup tidak ada artinya apabila setiap detik dari perjalanan hidupnya tidak bisa mendapatkan hikmah dari ia hidup detik itu. Inilah yang menjadikan Michael J. Fox selalu layak mendapatkan gelar kehormatan dari berbagai universitas. 
Hausnya sang aktor untuk belajar dan mengerti, setiap kali ia akan hendak mensutradarai atau bermain peran. Michael J. Fox menghabiskan waktu-waktu untuk mempelajari naskah yang ditulisnya dan akan dilakonkannya. Patas saja ia mengerti ilmu Ekonomi, Sastra Komparatif, Fisika, Ilmu Politik, dan Geografi. Sebab, ia tidak mau orang mengira bahwa film yang disutradainya hanya ide yang tidak punya banyak pelajaran yang dapat diambil oleh penontonnya. 
Usaha yang sangat luar biasa Michael J. Fox, benar-benar kisah yang patut untuk dipetik pelajaran hidupnya bagi hidup kita. Tentu, pelajaran yang baik-baik dan yang mampu kita lakukan. Sehingga kita pun tidak asal meniru orang. Sebagai peniru pun harus punya ilmu, sebagaimana Michael J. Fox memotivasi dirinya dari orang-orang sukses sebelum dia. 
Nah, berkat usaha Michael J. Fox, ia dianugerahi gelar kehormatan dari The Karolinska Institute di Swedia, New York University, Mount Sinai School of Medicine, dan university of British Columbia. Bahkan tahun 2010, Michael J. Fox mendapat sejumlah penghargaan nasional kemanusiaan atas karyanya dari Kanada. 
Dunia memang lucu, penuh teka-teki yang tidak bisa kita tebak. Ada orang sekolah bertahun-tahun hingga belasan tahun, tetapi belum saja menemukan buah dari sekolah. Orang yang tidak pernah lama duduk di bangku sekolah, ada yang seketika bisa menjadi orang terkenal bahkan sukses. Dan, Michael J. Fix sendiri adalah drop-out dari SMA, tetapi bisa menjadi sukses di dunia perfilman. 
Selain sebagai aktor utama yang profesional, sekaligus sebagai sutradara film, ia juga seorang yang peduli kemnanusiaan. Pada tahun 1991, Michael J. Fox didiagnosis mengidap penyakit Parkinson’s—penyakit yang ditemukan Dr. James Parkinson, dengan adanya penyakit ini membuat otot kaku, kadang gemetar sehingga susah untuk berdiri tegak—pun mencurahkan perhatiaan dan energinya bagi The Michael J. Fox Foundation for Parkinson’s Research yang diluncurkan pada tahun 2000 demi pendanaan penelitian dan kepedulian terhadap penyakit tersebut. 
Buku ini penuh pengalaman dan pelajaran, Michael J. Fox menginspirasi pembacanya untuk bekerja keras, meraih apapun yang bisa diraih, dan memaksimalkan kemampuan diri—dengan ciri khas Michael: optimistis, hangat, dan penuh humor—bagi semua orang di berbagai kalangan, usia, dan di manapun. Siapapun adalah guru, apapun adalah ilmu, dan dimanapun adalah sekolah. Semoga kita bisa mengambil pelajaran hidup yang penuh arti. 
Alhasil, teka-teki dunia adalah misteri, selama tidak bisa ditebak jawaban pastinya. Hanya dengan berusaha keras, dan mempelajari setiap detik dari hidup menjadikan hidup tidak ada yang tidak penting sedetik pun.[]  


Bayu Tara Wijaya 
Institute of Studies, Research and Development for Students LKP2M UIN-Maliki Malang
Merubah yang Remeh Jadi Penting 

Judul buku : Still More About Nothing
Penulis : Wimar Witoelar
Penerbit : Bentang Pustaka, Yogyakarta
Tahun Terbit : Juli, 2011
Tebal : xii + 180 halaman

Banyak hal-hal kecil dapat menjadi sesuatu hal yang besar, itu karena kita sendiri. Manfaatkanlah peluang kecil untung menghasilkan karya besar. Begitulah kesan saya saat membaca buku ini, “Still More About Nothing” karya Wimar Witoelar seri buku ketiga setelah buku “A Book About Nothing” dan “More About Nothing”.
Begitu juga menurut Wimar, setelah perjalanan panjang mengerjakan banyak hal, ternyata yang paling penting dan mendasar adalah bagaimana kita sanggup mengambil pesan-pesan dari hal-hal yang biasa terjadi sehari-hari. Seperti itulah sumber gagasan yang diramu oleh Wimar dalam menyulam isi buku ini. 
Buku ini, topiknya sebenarnya tidak jauh dari gagasan sederhana dan tidak asing didengar. Namun, Wimar meramunya dan merubah menjadi gagasan yang sejuk dan segar dibaca. Dari mulai soal kakinya yang istimewa, soal temannya yang sekolah di luar negeri, soal buang gas, dan sebagainya. Mengelitik, seru, membuat kita tersenyum, dan kemudian meresapi maknanya. 

Dokter Gigi 
Simak soal “Dokter Gigi yang elektik”. Ketika Gus Dus mengatakan, “Saya suka si Itu karena dia bersikap elektik.” Setelah menerima penjelasan dari beliau, Wimar membuka internet. Di sana ada banyak penjelasan, dari kamus mendefinisikan elektik adalah “memilih dari berbagai sumber, tidak ikut satu aliran, tapi mengambil yang terbaik dari berbagai sistem”. Sehingga, Wimar menyimpulkan “untuk bisa mengambil yang terbaik”, berarti kita harus mengenal sifat terbaik dari berbagai sumber. 
Wimar mengangkat pesan dari seorang dokter gigi, “Jangan pernah mencabut gigi sebab gigi itu saling memperkuat gigi yang lain. Mencabutnya akan merusak kombinasi dan sinergi yang sudah terbentuk lama.” Maksudnya, ketika dalam sebuah sistem ada beberapa hal di dalamnya yang lemah, ini jangan dianggap sebagai sumber kehancuran. Kenalilah sifat-sifat terbaik dari hal-hal lain (sumber lain). Minimal ada satu yang kuat, ia bisa menjadi janggar bagi yang lemah. Sama dengan kelompok 20 orang, ada lima orang yang kuat, mereka bisa menyangga kekuatan semuanya. 
Hal lain yang sederhana, dan kayaknya nothing (remeh) tetapi sebenarnya ada pesan penting yang bisa diambil. Wimar menunjukkan sebuah kesederhanaan menjadi sebuah keistimewaan. Dari topik, “Mengapa Daun Berubah Warna?” Sebenarnya daun berubah warnanya itu adalah memang sifat yang dimilikinya selain sifat hijaunya. Jadi, daun itu memiliki warna kuning emas, merah, dan coklat. Warna-warna itu sebetulnya ada dalam setiap daun, tetapi tidak kelihatan karena tertutupi oleh warna hijau pada musim hujan. Begitu hijau-hijaunya hilang, kelihatan warna-warna itu. 
Wimar mengambil pesan dari cerita daun, Apa yang bisa dipetik dari cerita daun? Secara detil baca buku ini. Namun pesan sederhanya bahwa manusia punya kekuatan pikiran yang luar biasa sehingga daun yang mati kelihatan cemerlang. Kalau kita kuat imjinasi dan keyakinan, kita dapat melihat keindahan dalam kerontokkan. Dan, kalau kita sabar menunggu, warna hijau akan berkuasa lagi, dan warna kesedihan bersembunyi sekali lagi di balik warna kehidupan. 
Lintong Simaremare pengerak The Salvation Army dan pernah meraih Anugerah Wira Bhati Nugraha dari Menteri Koperasi dan UKM sebagai pengusaha peduli sosial menyebutkan misi yang sama dengan Wimar bahwa “Pengalaman bukan dinilai dari lamanya melakukan suatu hal, namun, dari seberapa banyak menarik pelajaran dari apa yang sudah kita alami.” 
Buku Still More About Nothing itu justru it’s about everything plus it’s beyond your expectation. Nothing-nya seorang Wimar itu sangat deep, menambah berbagai ilmu dari yang peting banget sampai yang tidak penting banget. Rasanya seperti turis yang naik taksi dan mempersilakan sang sopir membawa kita sesukanya tanpa tujuan pasti tapi perjalanannya sangat menyenangkan sekali! Seperti itu ungkapan Melissa Karim, seorang Presenter TV, MC, artis, penulis skenario, dan penyiar radio. 
Simpel gagasan yang diangkat Wimar, buku ringan dapat dikonsumsi siapa saja, mudah terserap pesan ceritanya dan yang paling penting Wimar tidak menggurui, tidak mau mengubah pendapat orang yang sudah punya pendirian, tetapi hanya mau berbagi perspektif. Ia membiarkan orang lain membaca pesan dengan cara pandangnya sendiri. 
 Hal remeh bisa saja menjadi sesuatu hal yang sangat penting bagi kita. Tidak lain karena kita sendiri yang mau memanfaatkan dan mengambil pesan yang tertata rapi itu. Melalui buku ini, kita diajak untuk merepetisi hal-hal remeh (nothing). Tidak perlu cerita panjang tentan buku ini, sebab “nothing” akan menjadi jelas dari tulisan-tulisan kecil ini. Bisa juga tetap tidak jelas, semua tergantung yang membaca.[] 


Bayu Tara Wijaya 
Pengasuh Sangar Baca Pustaka dan banyak belajar di LKP2M UIN-Maliki Malang
Siapkan Generasi yang Mandiri! 
oleh Bayu Tara Wijaya

Sering saya temui iklan-iklan sekolah/kampus yang mempromosikan lembaga dengan menjanjikan setelah lulus langsung kerja atau kalimat lain sejenisnya. Kita simak para siswa-siswa di SMK, mereka disiapkan menjadi lulusanan yang siap kerja. Namun kenyataan tidak menyiapkan lapangan pekerjaan yang cukup. Berapa persen siswa atau mahasiswa yang masuk lembaga pendidikan lulus langsung mendapat pekerjaan dengan yang tidak? Pertanyaan tersebut tidak perlu kita jawab, mesti jawabanya rata-rata tidak memuaskan. Oleh karena itu, menyiapkan lulusan yang siap kerja adalah urutan kedua setelah menyiapkan lulusan yang siap mandiri dan berjiwa entrepreneurship. Sehingga ketika lulus dari sekolah atau kampus, mereka akan berpikir membuat usaha apa setelah lulus, bukan berpikir bekerja apa dan di mana setelah lulus. Tak dapat dipungkiri, orang berpikir bekerja apa dan di mana. Namun, ketika mereka tidak siap mental maka, pilihannya adalah hanya menjadi pengangguran. Untuk itu, menyiapkan generasi atau sebagai generasi yang mandiri dan berjiwa entrepreneurship mulai harus dipikirkan oleh kita semua termasuk stakeholder sekolah/kampus, khususnya mereka yang siswa atau mahasiswa.[]
BELAJAR MATEMATIKA DARI USIA DINI
Oleh Bayu Tara Wijaya

Usia dini adalah usia yang sangat pas untuk ditanamami pengetahuan, sehingga pada usia-usia saat ini sangat perlu sekali memetakan atau dikenal dengan istilah mengkonstruk masa depan anak. Salah satunya ialah mengenalkan dan menanamkan konsep-konsep dasar matematika. Kita lihat pendampingan anak ketika berada di Taman Kanak-Kanak (TK), guru di sini sangat menjadi penentu utama saat di sekolah, dan orangtua menjadi penentu utama saat di keluarga, serta orang-orang di sekitar menjadi penentu utama saat di masyarakat. Artinya apa? Ketika seorang anak kecil ia mendapatkan pengalaman hidup dari mereka semua. Jadi, rasanya tidak sempurna apabila seorang anak tidak melampaui masa kanak-kanaknya di ketiga tempat tadi.
Khususnya dalam belajar matematika, seorang anak kecil ia bisa paham dengan konsep-konsep matematika ketika kondisi sekitarnya mendukung untuk paham tentang matematika. Coba kita ingat saat masih TK, guru mendampingi penuh dalam belajar kita. Setiap anak dalam satu kelas permintaanya berbeda-beda, pertanyaannya yang muncul dari setiap anak pun berbeda-beda. Satu sisi rasa keingintahuan anak tinggi dan guru menfasilitasi keingintahuan tadi. Andaikan anak kecil yang punya banyak keinginan tidak ada yang mengarahkan tentu akan membahayakan masa depannya sendiri (bisa salah kaprah). 
Baru anak kecil, untuk memahamkan satu pengetahuan belum satu rumpun keilmuan sudah sangat berat. Pendampingan oleh guru-guru TK dilakukan setiap saat, saat guru menjelaskan matapelajaran berhitung, setiap anak pasti satu-satu mereka minta diperhatikan melalui beberapa pertanyaan dari setiap anak, atau dari setiap tingka laku anak. Sehingga, guru TK memang harus benar-benar pandai untuk mengambil hati setiap anak dalam satu kelas. Makanya, rata-rata guru sekolah TK lebih dari satu. Tidak lain ini semua dilakukan adalah demi anak-anak agar mudah menyerap pengetahuan untuk kecerdasan kehidupan bangsa. 

Belajar dari TK 
Ada hal penting yang harus diperhatikan, bahwa guru TK mereka mengajar dan mendidik anak-anaknya dengan rasa tulus, mereka harus mengabdikan diri kapanpun saat siswa butuh sesuatu. Nah, ini yang semestinya kita garis bawahi untuk metode menanaman pengetahuan (sekolah). Kasus saat belajar matematika, berapa banyak guru-guru kita yang sukanya menyamaratakan kemampuan siswanya? Berapa banyak guru-guru kita yang mau mendampingi sepenuh hati ke semua siswa? Kalaupun ada itu pasti hanya beberapa siswa saja yang mampu untuk didampingi oleh gurunya. Nahasnya, yang paling sering terjadi adalah guru lebih suka mendampingi anak-anak yang sudah lumayan memahami matematika, anak-anak yang sudah dapat dikatakan pintar, dan lain sebagainya. Sehingga anak-anak yang tidak memiliki kemampuan matematika yang lumayan, dan pintar tentu guru-guru pun banyak yang malas untuk memerhatikan anak yang seperti ini. Jadinya, yang bodoh semakin tertindih, dan yang pintar semakin terangkat. 
Seharusnya, guru-guru matematika atau guru-guru matapelajaran lainnya mungkin, juga harus menerapkan beberapa gaya mengajar guru TK. Tidak semua metode, tetapi sisi pendampingan inilah yang sangat perlu. Maksudnya, setiap guru harus mengetahui kesulitan siswanya satu persatu, dan memberikan penjelasan satu persatu kepada siswanya. Sungguh akan butuh waktu lama, namun apabila diatur waktunya dengan baik tidak ada yang sulit. Salah satu contoh, ketika guru selesai menerangkan pelajaran, beberapa saat kemudian guru memberikan post-test dari pelajaran yang mereka sampaikan, kemudian guru tersebut sambil menyisiri satu persatu siswanya yang mengerjakan post-test yang ia kerjakan, dari sini guru akan mulai menemukan beberapa kebinggungan-kebinggungan yang berbeda-beda dari siswanya. Inilah saatnya peran guru sangat diperlukan untuk membantu menyelesaikan kesulitan siswa. Jadi selama guru ketika hanya mengajar saja, tidak mendidik dan mendampingi satu persatu siswanya, tidak memahami kemampuan satu persatu siswanya, tidak memahami karakter satu persatu siswanya, bisa dipastikan penyampaian materi dari guru tidak akan diserap secara maksimal oleh siswanya. 
Ini realita yang sering terjadi di dunia pendidikan kita. Padahal kalau seorang pengembala kambing, ketika mau meng-giring kambing-kambing ke dalam kandang saja membutuhkan kemampuan yang luar biasa agar satu kambing dengan kambing lainnya dapat berjalan serentak menuju kandang, apalagi manusia, tentu butuh. Jangan sampai ini terjadi, ini baru masalah pengertian belum pemahaman. Baru tahap agar anak mengerti apa yang disampaikan oleh guru, belum agar anak memahami yang disampaikan oleh guru, berbeda sekali dua kasus tersebut. Paling tidak guru dalam hal ini harus bisa tahu posisinya adalah bukan saja sebagai penyampai materi (pengajar) saja melainkan lebih dari itu (hal-hal positif). 
Apalagi saat belajar matematika, beragam kecerdasan yang dimiliki anak akan menimbulkan beragam cara anak mengerti dan memahami matematika. Sehingga perlunya pendampingan satu persatu terhadap siswanya saat mengajar harus dilakukan. Kesuksesan guru mengajar bukan diukur dari berapa lamanya ia mengajar, namun berapa banyak siswa yang mengerti dan memahami apa yang mereka sampaikan. Banyak guru yang bilang, “saya mas, sudah 25 tahun menjadi guru, jadi jangan diragukan lagi kemampuan saya mengajar.” Inilah yang sering penulis dengar saat awal bertemu dengan guru atau bahkan dosen yang baru masuk (pertama kali bertemu dengan anak didik yang baru). Padahal cara mengajarnya sangat tidak manusiawi, tidak pernah mengerti anak didiknya paham atau tidak. Jadi kalau siswa juga dilakukan evaluasi, guru pun harus dilakukan evaluasi, boleh saja evaluasi guru dilakukan dari melihat berapa persen siswa yang dapat menyelesaikan soal evaluasi dari gurunya, atau bahkan perlu dibuatkan lembar evaluasi tersendiri dari sekolah untuk guru-gurunya. Agar tidak terjadi, 25 tahun mengajar tapi masih saja sama kolot tak manusiawi dan keras kepala. 
Itulah yang harus kita perjuangkan, rata-rata pendampingan di dalam pendidikan hanya madek di jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) saja, jarang yang dapat melebihi dari itu. Ada contoh sekolah yang sudah berusaha untuk mengembangan metode pendampingan saat pelajaran disampaikan, yakni di Yayasan Masjidil ‘Ilm Bani Hasyim Singosari-Malang yang memiki dua lembaga, SD dan SMP, setiap ruangan dalam pelajaran apapun ada dua guru yang mengajar, satu guru sebagai fasilitator pelajaran, satunya sebagai fasilitator siswa. Jadi guru satunya menerangkan, satunya mendampingi siswa lainnya. Meskipun tidak semua ruangan mengunakan metode ini, minimal inilah contoh yang patut dikembangkan oleh sekolah-sekolah lainnya. 
Sebab, masa depan anak paham atau tidak terhadap matematika tergantung pada gurunya juga, siswa butuh belajar memahami pelajaran, guru pun butuh belajar memahami hakikat mengajar. Perilaku kambing dengan kambing yang lainnya saja berbeda-beda, apalagi manusia yang memiliki tingkat variatif lebih banyak. Jadi, pelajaran di TK juga masih perlu kita kembangkan kembali, banyak hal positif yang masih terlupakan ketika kita naik ke jenjang pendidikan berikutnya. Alhasil, kemampuan satu orang dengan orang yang lainnya berbeda-beda, namun akan dapat menjadi kekuatan yang sama-sama besar apabila mendapat perlaku yang seimbang (bukan sama rata). Semoga anak penerus bangsa semakin mengerti dan memahami apa yang disampaikan gurunya.[] 


Malang, 1 Juli 2011
Gagal adalah Seribu Kesempatan untuk Bangkit

Oleh Bayu Tara Wijaya

“Saya tidak gagal, hanya menemukan ribuan kali cara yang salah. Saya pasti sukses karena kehabisan percobaan yang salah.” [Thomas Alfa Edison]

Kata gagal atau kegagalan selalu mengundang kita untuk berpikir negatif. Seperti, kekecewaan, penyesalan, dan bahkan pula dapat melancarkan kita untuk dekat dengan putus asa. Ini tidak baik, sangat salah kalau saat gagal pikiran negatif tersebut kita persilakan datang untuk memegaruhi saraf otak kita. Sebab, apabila terjadi justru malah akan mengakibatkan kita terjatuh tidak berdaya untuk bangkit kembali untuk maju.

Banyak yang mengakui, bahwa kegagalan adalah awal dari kesuksesan. Namun, ini tidak menjadi motivasi mudah bagi pemula dalam meniti harapan. Sering kali kegagalan menjadi batu penghalang. Coba kita ingat kembali semasa sekola, dan kita menemui gagal dalam mengerjakan soal matematika kebanyakan menyerah setelah satu kali tidak bisa atau setelah berkali-kali mencoba?

Simak cerita seorang tokoh dunia yang kita kenal seperti Thomas Alfa Edison saat uji coba bola lampu yang hingga saat ini kita mengunakan bola lampu tersebut. Bahwa ia pernah ditanya oleh bangsawan yang menyidirnya, “Thomas aku dengar kamu gagal hingga 1448 kali dalam mengadakan uji coba menemukan bola lampu listrik?” Ia pun menjawab, “Tuan maaf saya tak pernah gagal, saya cuma menemukan cara yang salah sehingga tak bisa menbuat bola lampu menyala lewat listrik sebanyak 1448 kali dan sampai pada cara yang ke 1449 kali kutemukan cara untuk menyalakan bola lampu dengan listrik.”

Untuk itu, sangat penting sekali motivasi penyelamat generasi muda kita. Agar bisa mengubah kegagalan menjadi modal mempercepat kesuksesan. Melalui contoh-contoh orang yang pernah gagal dan mampu bangkit kembali salah satu motivasi yang disampaikan dalam buku ini.

Ummu Azzam dan beberapa kawan karibnya mengisahkan catatan kegagalan yang mampu mereka tepis dalam buku ini. Memang, buku ini berisi beberapa cerita, namun yang paling luar biasa adalah bagaimana sajian cerita yang dikemas dengan banyak bahasa dakwah, motivasi, dan tentunya menggugah hati.

Buku ini sangat ringan dibaca, mudah terserap pesan ceritanya dan yang paling penting bukan ceritanya. Melainkan, proses sabar dan usaha dalam menepis kegagalan yang paling bisa mengugah kita untuk sadar bahwa ada seribu kesempatan untuk bangkit kembali. Memang ini buku bacaan ringan, tetapi sebenarnya sengaja seperti itu agar mudah bermasyarakat dengan para pengiat buku.

Jelas sekali, judul buku ini Bismillah, Aku Tidak Takut Gagal! mengajak kita untuk memanfaatkan kegagalan. Sebab, kegagalan tidak selalu negatif, ia bisa berubah menjadi positif apabila kita mampu menepisnya. Tuhan menciptakan atau membuat sesuatu tidak pernah ada yang tidak bermanfaat, termasuk kegagalan.
Mari kita adakan perubahan mainstream pola pikir kita untuk berkeyakinan bahwa “hidup tidak selamanya”, jadi tidak mungkin kalau tidak ada perubahan. Sekarang gagal pasti tidak selamanya, sebentar lagi kita akan menemui kesuksesan.

*) Bayu Tara Wijaya, Banyak nongkrong di pesantren LKP2M, sekarang pengasuh Sanggar Baca Pustaka, dan tinggal di SD12 Malang

Judul buku : Bismillah, Aku Tidak Takut Gagal
Penulis : Ummu Azzam, dkk.
Penerbit : Qultum Media, Jakarta
Tahun : Mei, 2011
Tebal : x + 262 halaman
Harga : Rp 39.500,-


Dimuat di Koran Pendidikan Edisi 24 – 30 Januari 2012
Kualitas Hidup di Genggaman Waktu
Oleh Bayu Tara Wijaya

Manajemen waktu adalah tugas rutinitas yang tidak mudah bagi semua orang. Para motivator-motivator pun banyak yang sepakat, “orang sukses berangkat dari memanajemen waktu hidupnya”. Setinggi dan sebesar apapun impian orang, tidaka akan berhasil apabila ia belum sukses dalam memanajemen waktu. Karena penting, maka berangkat dari memanajemen waktu dalam urusan kecil-kecil harus dilatih mulai saat ini.

“Pertanda hidup Anda berantakan adalah sering lupa punya janji dan sering telat menyelesaikan pekerjaan, serta sering telat datang ke suatu undangan.” Ini disebabkan tidak bisa memanajemen waktu. Tidak sedikit, orang yang bisa memanajemen waktu hidupnya dengan baik. Hidup saat ini dapat teratur dengan baik saja, itu sudah bagus. Apalagi bisa dalam sehari, seminggu, sebulun, dan seterusnya.

Setiap hari ada banyak tugas yang menumpuk di meja kerja atau meja belajar. Bagi orang yang punya penyakit kebiasaan tidak mengatur waktu terlebih dahulu baru bekerja atau belajar, akibatnya banyak pekerjaan yang tidak terselesaikan. Lagi-lagi yang dipersalahkan adalah waktu, “waktunya terlalu pendek untuk mengerjakan sebanyak itu”. Oleh karena itu, agar tidak terlalu berlarut-larut mempersalahkan waktu, yang sebenarnya kita sendirilah yang salah dalam memanajemen waktu hidup. Lantas bagaimana cara memanajemen waktu hidup dengan baik?

Dalam buku ini dapat ditemukan 21 cara dalam menjawab pertanyaan di atas, namun yang harus diketahui bahwa dari ke-1 hingga ke-21 cara yang disajikan dalam buku ini bukanlah hal kecil. Ini merupakan penemuan berarti dari riset yang dilakukan selama 30 tahun oleh Brian Tracy. Selama itu, ia hanya menghabiskan hidupnya dengan membaca, meneliti, dan memikirkan tentang memanajemen waktu.

Meskipun buku ini sangat ringan dibaca, tetapi butuh tekat dan keseriusan dalam mempraktikannya. Dengan judul Eat That Frog, mungkin banyak orang yang tidak tertarik, ini salah besar. Buku ini, dari bagian ke-1 hingga ke-21, adalah bagian yang utuh. Satu persatu dikupas terkait masalah dan cara memangatur waktu dengan baik. Kenapa hanya 21? Penulis bilang, selama 30 tahun tidak lebih dari angka itu dalam masalah waktu.

Buku ini hadir dengan penuh edukatif, kesalahan-kesalahan serta sebab-sebab dalam memanajemen waktu terkupas tuntas hingga menemukan solusi yang baik. Dalam mengupasnya, buku ini mengajak kita menemukan kunci hidup kita masing-masing melalui memanajemen waktu.

Penulis buku ini, Brian Tracy, berkeyakinan bahwa buku ini mampu mempengaruhi pembaca untuk segera mengadakan perubahan hidup. Melalui memanajemen waktu adalah langkah pertama yang akan menggiring kita dalam menemukan kualitas hidup.

Waktu itu investasi yang sangat berharga. Sebab, karena bisa memanajemen waktu dengan baik banyak keuntungan yang didapat. Berkat buku ini, mampu menyulap manajemen waktu menjadi suatu entitas enteng untuk dilakukan tanpa mengurangi subtansi lainnya.

Peresensi adalah Bayu Tara Wijaya, aktivis Lembaga Kajian, Penelitian
dan Pengembangan Mahasiswa (LKP2M) Malang


Judul buku : Eat That Frog
Penulis : Brian Tracy
Penerjemah : Dewi Wulansari
Penerbit : Gemilang, Jakarta
Tahun : Juni, 2011
Tebal : 168 halaman

Dimuat di Koran Jakarta 24 Oktober 2011


http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/74410 atau
http://m.koran-jakarta.com/?id=74410&mode_beritadetail=1
Copyright © 2012 Sanggar Baca Pustaka.