Make creativity a habits
“Praktekin”
Satu Hari, Satu Inovasi
@AbaBayu | Bayu Tara Wijaya
Alasan hadirnya buku ini ada pada bagian “mengapa
harus kreatif?”, yang menjadi
sederet cerita dan ide inspiratif yang ditulis Tim Wesfix dalam menyusun buku
ini. Bagian tersebut diawali dengan pertanyaan seperti judul bagiannya, yang
cukup diplomatis dan cukup membuat pembaca pun berpikir sejenak atas pertanyaan
yang dibuatnya.
Diungkapnya fakta bahwa 5 tahun yang lalu,
pasar smartphone dikuasai oleh RIM, melalui produk Blackberry.
Namun akhir-akhir ini saham produk ini terjun bebas (kini 3% di AS, yang
sebelumnya mencapai 50%). Kemerosotan pasar RIM, tidak lain berkat sambutan
masyarakat dunia pada produk Apple dan Android yang selalu berinovasi menjawab
kebutuhan. Dan beberapa fakta lain
tentang “inovasi” untuk tetap tampil di depan.
Dengan kata lain, pada era ini, hampir
semua model aktivitas khususnya model bisnis didesain untuk mewadahi
kreativitas. Maka, sangat patut disayangkan jika kita tidak mengembangkan
potensi yang sesungguhnya sangat mungkin untuk diupayakan dan menjadi nilai
tersendiri untuk kita.
Berpikir “out of the box” adalah ungkapan
yang paling lazim ketika orang berhadapan dengan kreativitas. Ada banyak teori
tentang hal ini, tapi tak ada waktu berpanjang lebar saat ini. Tim Wesfix
mencontohkan, Edward de Bono adalah salah satu eksponen dalam pemikiran
kreatif. Dia tidak secara langsung mengatakan “out of the box” ini, namun ia
punya pengandaian yang sangat bagus tentang cara berpikir manusia, yang kiranya sangat tepat menjelaskan tentang
ide “out of the box” ini.
Berpikir kreatif dan inovatif sebenarnya
berpikir untuk mencari alternatif terhadap kebiasaan-kebiasaan umum. Artinya,
otak diajak untuk “mengunjungi rute-rute yang tidak lazim” bagi banyak orang,
begitu kata De Bono. Jadi “out of the box” adalah mengesampingkan
“jawaban-jawaban yang lumrah”, demi hasil yang tak terbayangkan besarnya!
Ajakkan yang dipelihara Tim Wesfix dalam
buku Kreativitas itu “Dipraktekin” ini, tidak lain untuk membangunkan
ide-ide kita yang sempat tertidur. Ajakkan untuk mendesain kebiasaan untuk
kreatif yang tertuang dan dipaparkan dalam ide-ide ringan baca serta mudah dipahami oleh semua kalangan.
Tim Wesfix menggambarkan, kreativitas
perlu didesain. Sebab seperti layaknya software—dan otak kita adalah hardwarenya,
kreativitas pun perlu diinstall. Melalui pembiasaan, kita bisa menjadi
kreatif lagi.
Kembali pada Edward de Bono. Ialah yang
mengatakan bahwa telah lama—sangat lama, manusia menggunakan 3 macam software
saja. Tiga macam software ini telah tertanam sedemikian kuat, dan
dilembagakan dalam berbagai institusi, mulai dari keluarga, sekolah, hukum,
hingga masyarakat.
Tiga macam software tersebut adalah
gaya berpikir ala Socrates, ala Plato, dan ala
Ariestoteles. Dari mereka, manusia berpikir secara argumentatif, dan
terorganisir. Namun, ketiga macam ini menjadi paradigma klasik. Karena itu,
kita pun perlu mendesain kebiasaan yang berpikir kreatif. Latihan demi latihan,
praktik demi praktik, perlu dilakukan setiap harinya.
Habit merupakan kata kunci. Habit seorang penemu
seperti Thomas Alva Edition sangat keras, tidak seperti yang kita kira. Ia betah berlama-lama di labnya untuk mencobai
ide-ide yang muncul.
So, akan seberapa keras Anda meluangkan waktu demi
menjadi kreatif? Anda perlu menantang diri sendiri. Upayakan Anda benar-benar merealisasikan ide-ide yang
telah Anda himpun. Untuk itu, lungkanlah satu hari khusus untuk melakukan satu
inovasi.[]
*) Artikel ini pernah diterbirkan di Koran Jakarta (Sabtu, 2 November 2013, dengan judul Jadikan Berkreasi Sebuah "Habits")
Judul buku : KREATIVITAS ITU “DIPRAKTEKIN”
Penulis : Tim Wesfix
Penerbit : Grasindo, Jakarta
Tahun terbit : September,
2013
Tebal : x + 144 halaman
2 Komentar:
Keren, saya jadi tertarik untuk membaca. Penyampaian tentang isi buku cukup interaktif, dengan bahasa yang santai. Saya penasaran, berapa lama Anda membaca buku ini sampai selesai, sehingga dapat membuat resensi yang sepadat dan seluwes ini?
frog mungkin
Post a Comment