Seleksi Pendirian Sekolah Baru
Kasat-kusut ijazah palzu Universitas Teknologi Surabaya (UTS0 tak dikantongi dengan ramah oleh pihak Kopertis (Koordinator Pergurruaan Tinggi) wilayah VII terkait proses penyidikan kasus UTS dan tugas tanggung jawab dari Kopertis. (Jawa Pos, 20/10/2008)
Banyaknya varian model layanan pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruaan Tinggi telah mewarnai dunia pendidikan. Jika diperhatikan pendirian dan pelaksanaan sekolah atau kampus yang baru berdiri hendaknya tidak asal-asalan ‘bin salabin’ jadi. Untuk itu, pihak Direktorat Pendidikan Tinggi dan Kopertis semestinya menyeleksi dan mengawasi betul prosedur pendirian dan pelaksanaan layanan pendidikan.
Hal ini muncul clotehan, bahwa sekolah dan kampus bukan sebagai layanan pendidikan tetapi sebagai lahan bisnis bagi pelayan pendidikan –pihak pengelola pendidikan– yang menggiurkan. Seperti sikap Kopertis sendiri, kemarin dalam kasus UTS menunjukkan sikap tidak profesionalannya. Sehingga timbul kekecewaan yang berakibat dugaan adanya hal yang tidak wajar pada tubuh oranisasi Direktorat Pendidikan Tinggi dan Kopertis.
Jangan sampai, kasus tersebut terkesan bahwa pihak pengurus dan pegawai Direktorat Pendidikan Tinggi dan Kopertis naik pangkat juga karena ijazah palsu. Sehingga malu untuk mengusut kasus UTS, karena takut ketahuaan juga.
Banyaknya varian model layanan pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruaan Tinggi telah mewarnai dunia pendidikan. Jika diperhatikan pendirian dan pelaksanaan sekolah atau kampus yang baru berdiri hendaknya tidak asal-asalan ‘bin salabin’ jadi. Untuk itu, pihak Direktorat Pendidikan Tinggi dan Kopertis semestinya menyeleksi dan mengawasi betul prosedur pendirian dan pelaksanaan layanan pendidikan.
Hal ini muncul clotehan, bahwa sekolah dan kampus bukan sebagai layanan pendidikan tetapi sebagai lahan bisnis bagi pelayan pendidikan –pihak pengelola pendidikan– yang menggiurkan. Seperti sikap Kopertis sendiri, kemarin dalam kasus UTS menunjukkan sikap tidak profesionalannya. Sehingga timbul kekecewaan yang berakibat dugaan adanya hal yang tidak wajar pada tubuh oranisasi Direktorat Pendidikan Tinggi dan Kopertis.
Jangan sampai, kasus tersebut terkesan bahwa pihak pengurus dan pegawai Direktorat Pendidikan Tinggi dan Kopertis naik pangkat juga karena ijazah palsu. Sehingga malu untuk mengusut kasus UTS, karena takut ketahuaan juga.
-----------------------------------------
Oleh Bayu Tara Wijaya, PPTQ-Lamongan
0 Komentar:
Post a Comment