Menjaga Citra Perempuan di Hari Kartini

Pada tanggal 21 April 2009 merupakan peringan hari Kartini, mungkin tidak semuanya merayakan hari tersebut. Kartini yang memperjuangkan kaum perempuan khususnya dalam hal pendidikan. Tepat pada kesempatan hari tersebut, masyarakat kita masih ada yang peduli dan menghormati hari Kartini. Hari yang dianggap penting dalam naskah sejarah perjuangan perempuan Indonesia.

Pada tanggal 21 April 2009 merupakan peringan hari Kartini, mungkin tidak semuanya merayakan hari tersebut. Kartini yang memperjuangkan kaum perempuan khususnya dalam hal pendidikan. Tepat pada kesempatan hari tersebut, masyarakat kita masih ada yang peduli dan menghormati hari Kartini. Hari yang dianggap penting dalam naskah sejarah perjuangan perempuan Indonesia.


Salah satu bentuk kepedulian masyarakat kita pada saat ini cukup dibuktikan oleh para mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Kampus Islam yang di dalamnya ada banyak varian komunitas kecil yang menyebutkan dirinya sebagai komunitas sastra. Sehingga dalam menghormati dan merayakan hari Kartini mereka membacakan puisi-puisi, dan sastra-sastra lainnya. Selain itu juga, beberapa lembaga kajian yang ada di kampus tersebut, mengadakan refleksi hari Kartini. Seperti Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa mengadakan kajian bertema Kenapa Harus Kartini!

Dalam perbincangan Kartini menghasilkan beberapa obrolan bahwa hari Kartini ada karena berdasarkan kepres, yakni oleh presiden Soekarno. Hasil kajian lainnya, mereka membincangkan perjuangan perempuan Indonesia yang bermula dari gerakan Kartini hingga sekarang ini yang akrab kita kenal dengan perjuangan Jender dan Feminimisme.

Jender dan Feminimisme inilah yang masih segar dibicarakan aktivis-aktivis kampus saat ini. Oleh karena itu, komunitas kecil yang berdiri secara independent maupun dependent, cukup menjadi wakil dari kita atas penghormatan terhadap perempuan. Sebab, kita sadar bahwa sebagai salah satu penerus bangsa yang kebetulan dapat menikmati pendidikan tentunya tidak melupakan salah satu perjuangan Kartini atas pemerataan pendidikan yang ia usung dalam perjuagannya.

Hari Kartini yang memiliki nasib sama dengan hari-hari nasional yang lain. Yakni nasib dari hari Kartini pada saat ini sudah tidak dihormati oleh sebagian masyarakat kita. Realita yang kita rasakan, semisal pada bulan Maret lalu ada seorang TKW yang diperkosa oleh 46 laki-laki di Arab Saudi. Ini menunjukkan perempuan sejak dulu hingga sekarang menjadi bahan tindasan kaum laki-laki.

Kasus-kasus lain yang sama, yakni perempuan-perempuan saat ini sendiri banyak yang mencoreng nama perempuan. Beberapa pekan lalu, di daerah Batu-Malang, telah diberitakan ada rombongan dalam satu mobil mati mengenaskan. Prihatinnya, dalam kecelakaan tersebut dapat dipastikan bahwa mereka baru saja melakukan pesta seks. Terbukti, perempuan dan lelaki yang berada dalam kecelakaan tersebut tidak mengenakan pakaian.

Peristiwa sejenis itulah, yang menjadi sorotan kita pada saat ini. Di hari Kartini ini, khususnya para perempuan Indonesia bisa mengenang kembali perjuangan Kartini. Usaha mengangkat derajat dan citra perempuan yang dilakukan Kartini bukanlah semata untuk dirinya, tetapi untuk kita. Sehingga pada saat itu, kepedulian Kartini terhadap perempuan mendapat acungan jempol oleh Soekarno hingga dimasukkan dalam daftar hari nasional.

Sebagai warga negara yang merasakan pendidikan, patutlah memperjuangkan derajat dan citra perempuan perlu kita ulang kembali. Sehingga bukan hanya mengenang hari Kartini, tetapi bagaimana kita dapat melakukan kembali atau memeperjuangkan secara lebih, apa yang diharapkan Kartini. Untuk itu, mari menjaga dan mengangkat citra perempuan…!

oleh Bayu Tara Wijaya

0 Komentar:

Copyright © 2012 Sanggar Baca Pustaka.