Fuzzy: Wise Logic Mathematics

Fuzzy: Logika Bijak Matematika
Oleh Bayu Tara Wijaya*

Ruang yang terbuka klaim abstrak menjadi karakter utama pandangan orang kaum awwam terkait hakekat matematika. Lahirnya para pakar matematika yang memberikan sumbangsi ilmu matematika di mulai sejak masa Archimedes (287 SM) hingga matematikawan asal Indonesia Andi Hakim Nasution yang dilahirkan di jakarta 30 Maret 1932 M masih saja misterius di muka publik. Sifat logika matematika yang hanya dikenal dengan sebutan masuk akal atau rasional dan menjadi tidak masuk akal disalahgunakan orang nonmatematika.

Banyak pemikiran beralasan bahwa mereka yang berpikir matematik adalah sebagaimana ukuran logika matemtis yang memiliki kaedah benar atau salah dan tidak keduanya. Ini memang sebuah kelemahan matematika yang tidak bisa melindunggi keilmuannya, sekaligus keistimewaan matematika yang dapat koheren dengan semua apa yang mendekatinya. Sehingga tidak ada salahnya jika ada beberapa orang hanya berkata sebagaimana logika matematis yang mereka kenal.

Realita umum, logika matematika mengarahkan kita pada kemanfaatan matematika. Sebab, dengan berpikir logika, kita dapat memutuskan beberapa perkara. Hemat kata, hanya cabang matematika yang berupa logika matematika menjadi anggapan salah satu cabang matematika yang dapat teruji dikehidupan sehari-hari. Terkait dalam berpikir logis.

Fuzzy dan Matematika
Pengenalan mereka –yang tidak memahami dan mempelajari matematika pada hakekat– sebatas knowledge yang tidak memiliki intusi berpikiran memperdalam matematika dalam rangka mengembangkan ilmu. Pada akhirnya, sebuah pengetahuan hanya sebatas pada umumnya. Sehingga pengenalan logika matematika yang hanya berpikir bahwa matematika sangat “egois”. Artinya kebenaran matematika hanya kebenaran stagnan –benar atau salah dan tidak keduanya– tidak berkembang sebab lemahnya pengajian mendalam terhadap matematika.

Sebenarnya, matematika bukanlah sebuah ilmu yang paten. Matematika hidup memiliki nilai yang sepadanan dengan objeknya. Maka ketika seorang anak SD ditanya berapa nilai “3 x 4”? dan dijawabnya dengan 12. Sedangkan berbeda dengan seorang tukang cetak foto ketika ditanya berapa “3 x 4”? dan tukang tersebut menjawab pula dengan sebutan Rp.1.000,-. Masih banyak contoh lainya yang mengaburkan ketidakpastian dalam matematika dan membantahkan teori matematika ilmu paten.

Terkait dengan logika, di dalam matematika bukan hanya mengenal matematika yang bermakna benar atau salah dan tidak keduanya. Tetapi dalam matematika ada logika yang mengenalkan antara benar dan salah, artinya logika ini masih menghargai sebuah nilai yang berada di antara benar atau salah baik dalam nilai numerik ataupun nilai sosial. Umumnya, logika seperti ini dikenalkan dengan logika fuzzy. Fuzzy sangat jarang dipelajari orang, dan fuzzy jarang disadari orang, serta fuzzy jarang dianggap logika bagi orang. Pada akhirnya fuzzy yang tak dikenal orang menjadikan salah makna pada orang yang tak memahami logika.

Contoh lain, sebagaimana yang dilontarkan oleh Abdul Halim Fathani penulis buku al-Quran dalam Fuzzy Clustering menyatakan bahwa hukum Islam pada umumnya memakai logika fuzzy. Termaktup pada sebuah hukum Islam yang terkenal yakni hukum haram dan halal, dan di antara halal dan haram ada hukum makruh –mendekati halal dan mendekati haram. Jelas bahwa hukum ini memakai logika fuzzy. Sebab fuzzy, bersifat menghargai nilai antara benar atau salah.

Mungkin saja, logika fuzzy adalah logika bijak matematika yang umum dikatakan matemtika bersifat egois yang tidak kenal dengan perasaan. Tetapi, pernyataan tersebut hanya pantas dipukulkan pada mereka yang tidak mengenali perkembangan matematika.

Hal “tolol” sekali ketika sebagai calon matematikawan menerima penghinaan terhadap matematika. Hinaan yang dilontarkan kaum buta hakekat metamatika yang berkata beda dari satu orang dengan orang yang lain. Kaum buta yang hanya kenal bahwa matematika tidak lain ilmu abstak, ilmu pasti, ilmu logika, ilmu hitung, ilmu simbol, dan lainya. Memang semua sebutan itu benar, tetapi mereka tidak tahun bahwa matematika juga memiliki karakter etnomatematika. Sebagaimana salah satu contoh pada logika fuzzy.

Dari adanya etnomatematika, dan pemahaman terhadap etnomatematika dapat membuka tabir kesalahpahaman yang digagas para awwam buta hakekat matematika. Coba Anda pahami, matematika begitu indah. Adanya bisa tumbuh dimana saja terinterprestasikan pada sebuah pohon kelapa yang dipakai simbol atau lambang dalam kepramukaan.

Kiranya, berpikir yang bijak bukan saja berpikir matematika. Tetapi sebenarnya berpikir matematika berarti berpiir bijak. Sehingga tidak ada ilmu yang diciptakan tidak ada manfaatnya. Betulnya, kita yang masih rendah dengan pengetahuan. Apapun yang kita pelajari belum tentu kita mendapatkan hal itu, tetapi bisa jadi Anda mendapatkan hal lain karena mempelajari hal itu. Maka, apapun usaha kita, tetaplah sebuah usaha.[]


0 Komentar:

Copyright © 2012 Sanggar Baca Pustaka.