Tutup Catatan, Buka Lembaran

Yang berlalu biarlah berlalu”. Kata ini sering kita gunakan tetapi kita selalu membiarkan kata tersebut semakin berlalu. Banyak orang yang memakai kata tersebut sebagai tameng dalam menghadapi masalah. Melupakan masalah dan menenangkan suasana dengan ucapan “biarlah berlalu”. Mungkin dengan membiarkan masa lalu tetap berlalu kita tidak akan terbebani hal dahulu. Tetapi dengan membiarkan atau melalaikan itu sama artinya dengan melupakan sejarah. Boleh saja kita membicarakan kata tersebut tetapi cukup hanya sebagai ucapan kata.

Sikap bijak dalam mengambil sebuah keputusan harus dimiliki oleh setiap orang. Oleh karenanya, sebagai sang bijak, tentunya dalam bersikap termasuk berkata tentunya sudah dalam proses matang. Sehingga kecil kemungkinan untuk tidak disadari akan hal yang terjadi secara tiba-tiba. Salah satunya adalah kalimat-kalimat janji yang sering kali terucap dari ‘paruh’ kita, akan tetapi ucapan usai begitu saja tanpa tanggung jawab kongkret.

Pada penutupan akhir sebuah pertanggungjawaban sering kali tidak ada yang 90% sukses dari rencana. Kegagalan dan keberhasilan kini ditutup dengan kata “yang berlalu biarlah berlalu”. Seraya tidak ada lagi yang harus dievaluasi lagi. Untuk itu, sebagai pebijak sekecil apapun suatu hal, tentu akan sangat berarti dalam hal lain. Maka, yang berlalu pun masih dibutuhkan.

Tidak ada yang sia-sia, semuanya masih ada artinya, tidak akan pernah berlalu. Kita sadar, bahwa kita menjadi dewasa karena beberapa hal, baik hal yang kecil apalagi hal yang besar. Bela kata kita adalah jangan anggap semuanya tidak ada artinya.

Sebuah catatan kecil dipenghujung masehi yang kian hari ramai dengan warna-warni masalah. Wujud nyata masalah yang tiap hari semakin bertambah. Mulai masalah pribadi hingga masalah kelompok. Semua itu akan tidak ada artinya apabila kita setelah mencatat, dan kita membuang begitu saja catatan harian kita.

Cukup singkat, apakah kita akan tetap seperti itu dalam menulis harian? Tentu buku lembaran yang baru akan sia-sia nantinya. Percuma tak ada artinya jika kita mencatat, lantas apakah selamanya seperti ini. Sang bijak bukanlah seperti itu dalam bersikap. Kesalahan dalam catatan menjadi dan merupakan instrumen langkah ke depan. Rencana strategi yang kita susun tentu tidak lepas dari hal yang lalu.

Singkat kata, buka lembaran dan bercerminlah pada catatan yang lalu. Sebuah catatan menjadi ukuran sikap. Sebab, refleksi sangat dibutuhkan dan refleksi membutuhkan catatan. Maka, sia-sialah kamu jika menghilangkan catatan harian kita. Kita jangan membuka lembaran baru apabila kita tidak memilki catatan yang lalu. Hal itu, akan percuma karena kita tidak cukup tahu bagaimana tahun lalu?

Malang, 31 Desember 2008.

Ditulis oleh Bayu Tara Wijaya

0 Komentar:

Copyright © 2012 Sanggar Baca Pustaka.