Perkawinan Bukanlah Sandiwara
Judul Buku : God Knows Marriage Isn’t Always Easy
Penulis : Maureen Rogers Law & Lanny Law
Penerjemah : M. Th. Silamutri S. Nugroho
Penerbit : DIOMA, Malang
Cetakan : I, November 2008
Tebal : 192 halaman
Peresensi : Bayu Tara Wijaya *
Menikahi seseorang, sama seperti membeli sesuatu yang telah lama anda kagumi di etalase toko. Anda mungkin menyukainya ketika membawanya pulang, tetapi ternyata tidak selalu serasi dengan semua yang sudah ada di rumah.(Jean Kerr)
Pernyataan di atas jika dicermati kembali, maka perkawinan dapat digambarkan pada sebuah barang dan kemudian pernyataan tersebut diasumsikan benar jika hal tersebut sering terjadi pula. “Dunia ini adalah panggung sandiwara, ceitanya mudah berubah, kisah mahabarata atau tragedi yunani, setiap kita dapat satu peranan yang harus kita mainkan…”. Syair yang dinyanyikan oleh Nike Ardila ciptaan Dody Dores mengisahkan hidup penuh drama sandiwara. Apakah kita akan bermain dengan wajar, ataukah dengan hura-hura? Realitanya, info selebritis tercatat sebagai rangking tertinggi terjadi perceraian menunjukkan bermain drama dengan hura-hura.
Fenomena menarik, bermain drama di televisi merupakan kebanggaan bagi sebagian orang. Mulai dari drama anak-anak, komedi dan remaja. Dewasa ini dilakonkan oleh para artis terkenal dengan keselebritisannya. Drama adalah sebuah permaian, dan sangat sayang sekali apabila permaian tersebut menjadi faktor utama dalam gaya hidup mereka. Contoh drama keluarga, drama ini hanya permainan belaka ketika dalam akting, sungguh ironis apabila akting ini berkepanjangan hingga pada keluarga mereka sebagai dunia non akting.
Perkawinan menjadi permainan akting adalah hal yang tidak tabu lagi, sehingga wajar kita kerap mendapati para artis ataupun selebritis yang suka kawin kemudian cerai, kawin dan cerai. Misalkan peristiwa dari salah satu selebriti yang menambah deretan daftar cerai. Lusy Rahmawati dan suaminya Jose Purnomo hari senin (02/02) mengajukan gugatan cerai di pengadilan jakarta selatan. Menurut pengacara Mada R. Mardanus pasangan ini, melakukan perceraian lantaran karena mereka mengalami pertentangan dan perbedaan visi dalam berumahtangga.
Perkawinan yang menjadi korban drama para selebritis maupun orang-orang yang menganggap hura-hura sebuah perkawinan sudah tidak jarang lagi. Pertengkaran di dalam rumahtangga, perceraian pasangan suami-istri menjadi hal yang biasa terjadi karena keseringannya. Cukup realita ini menunjukkan sebuah perkawinan tidak semudah meniup lilin. Kematangan psikologis, jasmani dan rohani sudah harus disiapkan sebelum menempuh perjalanan panjang seumur hidup dalam ikatan perkawinan.
God Knows Marriade Isn’t Always Easy mengupas formula dalam menghadapi masalah dalama berumahtangga. M. Rogers dan Lanny L. menyusun 12 cara dalam mempersiapkan bekal sebelum melakukan perkawinan, dan tidak terlupakan bagi mereka yang sudah menikah khususnya. Bacaan ringan yang harus dibaca dan dilakukan oleh semua orang, sebab semua manusia tercipta untuk saling berpasangan, dalam hal ini kita sebut dengan perkawinan dan perkawinan sering menjadi drama sandiwara.
“Berusahalah untuk saling mengerti”, merupakan salah satu cara untuk menyatukan visi, misi, dan tujuan dalam berumahtangga. Seperti kasus Lusy dan Jose menunjukkan simbol adanya ketiadaan sikap saling mengerti. Salah paham akan muncul dan menjadi faktor utama perceraian. Seorang ahli komunikasi John Powell menyatakan bahwa komunikasi merupakan darah kehidupan dan detak jantung setiap hubungan. Komunikasi merupakan hal yang paling penting dari semua sumber kebahagiaan dan kesehatan. Komunikasi merupakan dasar hakiki untuk mencapai kebahagiaan.
Hemat kata dari Tim Clinton, bahwa bergembira bersama tidak hanya meringankan stres, tetapi juga membangun jembatan di antara Anda. Bergembiralah! Biarkanlah diri Anda tertawa. Lakukanlah hal itu sebagai pasangan suami-istri.
Tentunya tertawa, bergembira ria dan canda tawa bersama takkan terwujud begitu saja pada ikatan tali perkawinan. Namun kondisi asri seperti ini akan nampak pada hubungan berkeluarga apabila sarat-sarat memperolehnya sudah dipenuhi. Terimalah kesamaan dan perbedaan pasangan, adalah salah satu sarat untuk dapat berkomunikasi, saling pengertian, saling perhatian.
Syair pencinta dari Emmet Fox yakni “Cinta menaklukkan segala kesulitan. Cinta menyembuhkan penyakit. Cinta membuka pintu-pintu yang tertutup. Tak ada teluk yang tak dapat diseberangi oleh cinta; tak ada dinding yang tak dapat diruntuhkan oleh cinta; tak ada dosa yang tak dapat ditebus oleh cinta.” Maka dari itu, rawatlah cinta Anda dengan penuh perhatian. Mengingat syair cinta yang berpihak padanya dan membela cinta sebagai program vital dalam perkawinan.
Selain itu, perlunya menanamkan prinsip dalam menjalin hubungan perkawinan yakni jadikanlah hubungan Anda sebagai prioritas utama. Setiap pasangan suami-istri memiliki tiga keluarga. Pertama adalah mereka sendiri. Mereka adalah “kita” dari keluarga baru yang mereka bentuk bersama. Tetapi, pada waktu yang bersamaan, mereka juga memiliki keluarga dari “pihak suami”, dan keluarga dari “pihak istri”. Jika mereka bermaksud membangun sebuah unit keluarga sendiri yang kuat, mau tidak mau mereka harus meluruskan kembali kesetiaan mereka kepada keluarga “kita” sebelum “keluargamu” atau “keluargaku”.
Singkat dari Alan Patrick Herbert, bahwa ide dua orang yang hidup bersama selama 25 tahun tanpa berselisih paham hanyalah kayalan belaka. Oleh karenanya, pasti dalam perkawinan akan muncul berbagai jenis konflik-konflik dan apabila mereka tidak siap dalam menghadapi suka dan duka ini, maka yang terjadi adalah pertengakaran hingga perceraian. Bijak kata, “selesaikanlah konflik-konflik, sebelum menjadi lebih buruk”.
Konflik dalam perkawinan adalah hal yang wajar, tetapi konflik ini mempunyai akibat-akibat dalam hidup sehari-hari. Perbedaan-perbedaan pendapat dapat melebur pada masalah-masalah; seberapa panas atau dinginnya suhu yang dikehendaki dalam rumah, atau apakah kita ingin mempunyai dua atau tiga selimut di tempat tidur. Ketika seseorang menikah, terdapat dua suara, dua pendapat, dan dua hak suara untuk didengarkan dalam banyak keputusan. Mengatasi dan menyelesaikan konflik-konflik yang tidak dapat dihindari merupakan saat-saat yang menentukan dalam setiap perkawinan. Maka dengan menyelesaiakn konflik berarti Anda sudah mencoba meluruskan kembali kesetian pada keluarga “kita” sebelum “keluargamu” atau “keluargaku”.
Bersama M. Rogers dan Lanny L. kita akan diajak kembali untuk merenungkan sebuah perkawinan melalui buku yang ditulis oleh mereka. Buku yang sangat simpel ini mencoba memerikan metode dalam mempersiapkan diri sebelum melakukan perkawinan, mengingat perkawinan bukanlah sebuah permainan drama sandiwara. Walaupun dalam syair Dody Dores dunia ini adalah panggung sandiwara.
Walhasil, semua pesan baik dalam rangkuman kecil ini akan menjadi pesan yang sia-sia, apabila kita tidak memberikan apresiasi dengan membacanya kemudian mencoba menyaringnya sebagai bahan pengetahuan dan pada akhirnya jadilah sebuah ilmu pengetahuan yang perlu kita amalkan meskipun hanya dalam lingkup perkawinan saja.[]
0 Komentar:
Post a Comment