Mathematics, Make a Intelligent Generation

Matematika, Mencetak Generasi Cerdas
Oleh Bayu Tara Wijaya*

Usai sudah babak penyisihan Kompetisi Matematika IX tingkat SMA dan yang sederajat se-Jawa Timur dan Bali di dua belas distrik pada tanggal 1 November 2009 yang diselennggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Matematika UIN Maliki Malang. Setelah tahap pertama ini, kompetisi matematika dilanjutkan ke babak seperemapat final, semifinal dan final pada tanggal 15 November 2009 yang pesertanya adalah beberapa perwakilan daerah yang sudah terseleksi pada babak penyisihan.

Pada kompetisi matematika saat ini juga cukup mengagetkan panitia pelaksana, sebab dari dua belas distrik yang tersebar di seluruh Jawa Timur dan Bali, ada sekitar 1500 peserta yang antusias mengikuti kompetisi matematika. Pasalnya, tahun 2008 lalu hanya sekitar 900 peserta yang mendaftar, ini menunjukkan perserta kompetisi mengalami peningkatan.

Padahal pada kompetisi matematika kali ini hanya memperebutkan tropi Gubenur Jawa Timur dan Dinas Pendidikan Jawa Timur saja, tetapi semangat para generasi muda maasih tetap tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa generasi kita bukanlah generasi-generasi yang “bego”, melainkan generasi-generasi cerdas.

Inilah bukti konkret bahwa bangsa kita sekarang ini mengalami peningkatan kualitas generasi mudanya dalam bidang ilmu pengetahuan. Bukan hanya terdapat pada realita sebuah kompetisi matematika saja, tetapi juga pada beberapa kompetisi lain yang mengalami peningkatan minat dalam mengikuti kompetisi-kompetisi baik di tingkat lokal sampai international.

Melalui salah satu wadah inilah kita bisa mencetak generasi cerdas, yang harapannya adalah sebagaimana dalam tema kompetisi matematika saat ini, yakni “Membudayakan Berpikir Matematis, Kritis, dan Transformatif”. Sebab, bangsa kita butuh generasi yang memiliki pemikiran matematis, kritis sekaligus transformatif. Hanya kritis saja, maka tidak ada wujud upaya yang bisa diperbuat dalam mempertanggungjawabkan gagasan kritisnya. Begitu juga, matematis saja, maka generasi kita hanya akan menjadi generasi spekulatif saja. Oleh karenanya, transformatif dalam gagasan ini adalah mengkonversikan antara kecerdasan dan kreativitas harus juga diikutsertakan.

Kita harus menyadari bahwa bangsa Indonesia bukan lagi bangsa yang tertinggal atau bangsa yang jauh dari peradaban atas perkembangan ilmu pengetahuan. Berbangga diri sudah sedikit pantas kita lakukan sebagai salah satu upaya untuk diri kita agar tidak merasa rendah di hadapan negara-negara lainnya. Banyak hal yang dapat kita lakukan, dan masih banyak hal yang belum bisa kita lakukan. Begitu juga, banyak hal yang dapat dilakukan negara lain, dan masih banyak hal yang belum bisa dilakukan bangsa lain.

Artinya, masih banyak kesempatan untuk kita menjadi pribadi yang maju, bangsa yang maju, dan negara yang maju. Tinggal bagimanakah pilihan kita sekarang ini, tetap menjadi bangsa yang masa dahulu atau bangsa masa sekarang atau bahkan bangsa masa mendatang.

Dengan demikian, usaha yang terbaik adalah melakukan apa yang kita pilih atau kita rencanakan. Sebab, untuk menjadi generasi yang cedas saja tidaklah cukup. Kita masih membutuhkan kecerdasan apakah yang dapat kita berikan pada negeri tercinta ini. Mungkin inilah yang pantas dinamakan generasi cerdas, generasi yang memberikan kemanfaatan terbaik pada bangsanya.

Walhasil, segala daya usaha dan upaya yang kita lakukan demi bangsa ini semoga membuahkan hasil yang dapat dinikmati seluruh dunia khususnya bangsa kita sendiri.

0 Komentar:

Copyright © 2012 Sanggar Baca Pustaka.