Syafa'at Prophet behind the Salawat

Syafa'at Nabi di balik Salawat

Judul Buku : Spiritual Salawat; Kajian Sosio-Sastra Nabi Muhammad SAW

Penulis : Dr. H. Wildana Wargadinata, Lc., M.Ag.

Penerbit : UIN-MALIKI Press, Malang

Terbitan : I, September 2010

Tebal : xiv + 336 halaman

Peresensi : Bayu Tara Wijaya*

Tradisi salawat hingga saat ini masih tetap berkembang, khususnya di dataran pulan jawa. Tradisi ini marak dilakukan oleh para kalangan pesantren. Kemudian, berkembang hingga diikuti oleh kalangan masyarakat sekitarnya. Hingga, tidak asing lagi kegiatan pembacaan salawat.

Salawat menjadi tradisi yang tanpa sengaja merupakan aktivitas spiritual turun temurun. Kepercayaan terhadap pembacaan salawat menurut masyarakat dapat memudahkan kita dalam berdoa atau meminta kepada Allah swt. Karena tradisi inilah, maka wajar apabila ada beberapa masyarakat, ketika membaca salawat lebih lancar--baik segi tajwid maupun pelafalannnya--ketimbang membaca al-Quran.

Tradisi pembacaan salawat dilakukan oleh masyarakat pada berbagai upacara kehidupan. Semisal, pada kegiatan ibadah mendirikan mushalla, dimulai dengan shalat berjamaah. Setelah itu, pembacaan al-Quran dan kegiatan berikutnya adalah tahfilan yang dilengkapi dengan salawatan.

Beberapa tradisi pembacaan salawat yang dilakukan masyarakat, antara lain: upacara sirkulasi kehidupan; tasyakuran perkawinan, tasyakuran menempati rumah baru, tingkeban, aqiqahan, khitanan. Sedangkan upacara lainnya yaitu; menyambut tamu kehormatan, menyambut pengantin, upacara pemberangkatan haji, jam'iyah rutinan masyarakat, dan lain sebagainya.

Salawat memang selalu menjadi pengiring dalam berbagai acara umat muslim di Indonesia. Karena inilah, Wargadinata memberikan kajian secara mendalam tentang salawat dan terrangkum dalam buku yang berjudul Spiritual Salawat: Kajian Sosio-Sastra Nabi Muhammad SAW. Buku ini menjelaskan secara mendalam terkait tradisi salawat menyangkup pertama, aspek ibadah-spiritual yang bertujuan untuk dzikrullah, mencari syafaat di hari kiamat, barakah dan tawassul, shadaqah, ungkapan cinta Rasul, penentraman jiwa, penghormatan kepada Nabi, teladan moral, peningkatan spiritual, memperluas wawasan keagamaan.

Kedua, aspek sosio-kultural yang bertujuan untuk silaturrahim, guyub rukun, seni dan budaya Islam, sarana hiburan, dan tradisi kampung halaman. Jadi, acara pembacaan salawat selain dapat meningkat spiritual, tetapi juga sebagai fasilitator dalam mempertemukan warga untuk hidup bersama yang berwujud silaturrahim.

Salawat yang berkembang sekaranng memang identik dengan Nabi Muhammad SAW, karena saat ini beliau memiliki kedudukan yang sangat istimewa di kalangan umat Islam. Di kalangan masyarakat Muslim Indonesia, kecintaan mereka kepada Nabi diwujudkan dalam tradisi keagamaan yang dikenal dengan tradisi salawat. Memuliakan Nabi, menghormati dan mencintai beliau, tidak dapat dipisahkan dari lubuk hati umat Islam di seluruh dunia.

Apalagi, tradisi pembacaan salawat ini merupakan tradisi yang timbuh dan berkembang secara dinamis di kalangan umat Islam, tidak hanya di perkampungan dan pedesaan, tetapi juga di tingkat RT, RW, maupun perkumpulan organisasi masyarakat Islam. Di samping itu, tradisi pembacaan salawat dilakukan oleh sebagian besar masyarakat, muali orang kampusng, pejabat, pedagang, makelar, dosen, mahasiswa, santri, dari kalangan orang Jawa sampai orang Arab.

Salawat memiliki nilai spiritual yang tinggi, bagi siapa saja yang membacanya. Bahkan salawat dapat menjadi resep dalam mengatasi kualitas hidup manusia. Selain itu, pembacaan salawat dapat meningkatkan ibadah, ketakwaan, dan kesalehan manusia.

Cerita dalam sejarah yang dijelaskan dalam kitab-kitab klasik, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir dan satu-satunya nabi dapat memberika syafa'at bagi umatnya. Oleh karena itu, syafa'at menjadi motivasi dan suatu perkara yang luar biasa bagi masyarakat. Keyakinan ini mendorong mereka untuk senantiasa menjalani tradisi bersalawat dan mengikuti majelis pengajian.

Kespiritualan adalah landasan utama salawat, sehingga salawat memiliki keistimewaan tersendiri. Karena keistimewaan tersebut, salawat dapat dibaca siapa saja dalam keadaan apa saja (suci atau tidak suci). Bahkan, ada ulama kuno yang menjelaskan bahwa siapa saja yang membaca atau mendengarkan bacaan salawat akan mendapat pahala dari Yang Maha Kuasa dan akan diberi syafa'at Rasulullah.

Panjang apabila kita mengkaji lebih mendalam tentang salawat. Oleh karena itu, Wargadinata anak dari pengasuh Pondok Pesantren Baitul Arqam Balung Jember yang lulusan Al-Azhar Kairo Mesir menyisipkan beberapa salawat yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Karena menurut beliau, bacaan-bacaan salawat selain bernilai spiritual tinggi, juga merupakan karya sastra yang luar biasa.

Sehingga, kehadiran buku ini juga turut memberikan konstribusi bagi umat Islam khususnya mereka yang ingin mengeluti secara mendalam sisi makna dari salawat. Sebab, kita akan lebih takjub ketika kita memahami arti dari salawat. Mendengarkan bacaannya saja kita merasa terntram dan damai, apalagi bila kita mengetahui arti dan makna yang terkandung di dalam salawat.

Sangat komprehensip memang, karya Wargadinata, sungguh amat rugi apabila kita melewat untuk tidak mengapresiasi hasil karya beliau yang mengungkap salawat yang lebih akrab dalam bahasa Indonesia. Dengan membacanya, adalah bentuk dari apresiasi tertinggi baginya. Semoga, kita mendapatkan syafaat Nabi melalui membaca dan memahami salawat bersama buku ini. Amin!

0 Komentar:

Copyright © 2012 Sanggar Baca Pustaka.