KONSEPSI MATEMATIKA DALAM AL-QURAN
Judul Buku : Al-Qur’an 4-Dimensi; Matematika Islam 2
Penulis : K.H. Fahmi Basya
Penerbit : Republika, Jakarta Selatan
Cetakan : I, Maret 2008
Halaman : v + 150 halaman
Peresensi : Bayu Tara Wijaya *
Tahukah anda bahwa jumlah huruf dalam al-Qur’an ada sebanyak 330.733. Dan, ternyata bilangan ini sama dengan 17.040 dikalikan dengan 19. bilangan 19 adalah sama degan jumlah huruf dalam kata Bismillahhirrahmaanirrahiim.
Eksistensi al-Qur’an
Dalam keberadaanya, al-Qur’an bisa dikatakan kitab yang pasif. Ia tidak bisa menjadi apa-apa seakan hanya kitab bacaan biasa adanya. Kepasifan al-Qur’an akan terjadi selamanya, bilamana kita sendiri pasif dengan keeksistensiannya dan kita pasif dalam menguraikan al-Qur’an, dalam artian kita yang pasif untuk mengkajinya. Selama ini, al-Qur’an juga dikatakan sebagai kitab yang aktif. Ia bisa memberikan berbagai landasan-landasan sebagai dasar sumber adanya ilmu pengetahuan lainnya. Dalam keaktifannya, kita semakin aktif dalam mengupas rahasia-rahasia yang disampaikannya, semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang dapat kita temukan.
Tidak luput pula, matematika yang memandang al-Qur’an merupakan induk dari disiplin ilmu pengetahuan. Untuk itulah dalam hal ini al-Qur’an, jika dikaji menurut metode matematika akan diperoleh dimensi-dimensi ruang al-Quran. Dimensi-dimensi tersebut, berupa empat dimensi, yakni dimensi Tulisan, dimensi Bacaan, dimensi Makna dan dimensi Fakta. Keempat dimensi tersebut, sebagai satu kesatuan yang harus ada.
Sangat perlu sekali, untuk menelusuri keberadaan al-Quran, terlebih khususnya empat dimensi yang ada di dalamnya. Seseorang akan terpecah-pecah pemikirannya, jika hanya mempelajari dan memahami sebagian dari keempat dimensi. Karena keempat tersebut merupakan satu kesatuan kandungan al-Qur’an itu sendiri.
Dimensi al-Qur’an
Dari paparan yang dijelaskan oleh K.H. Fahmi Basya, yang menjelaskan secara gamblang dari keempat dimensi al-Qur’an. Pertama, alam dimensi Tulisan, yang kelihatan ketelitiannya di alam bebas. Dengan demikian al-Qur’an dapat dijadikan data ilmiah yang handal. Ini menarik dalam dunia penelitian. Betapa berat hal yang akan kita pikul kalau kita hanya meneliti Alam Semesta, kita hanya meneliti suatu bukti-bukti teorema semisal penulisan teorema-teorema matematika. Dengan adanya tulisan, khususnya Tulisan tersebut merupakan bagian dari dimensi al-Quran.
Sebagai telaah, ada sebuah grafik asli tulisan Bismillahirrahmanirrahim pada tahun 1982, diperkenalkan Grafik Asli tulisan tersebut. Di mana tulisan ini merupakan tulisan eksakta, karena dalam penulisannya berbentuk grafik. Tinggi rendahnya tulisan tersebut dipertanggungjawabkan oleh suatu bilangan matematika. Bilangan terebut mengikuti 'semesta' jam-19-an dan 'semesta' jam-10-an, dan hal ini hanya bisa dilakukan hanya seseorang yang paham dengan matematika khususnya tentang grafik.
Kedua, alam dimensi Bacaan, di mana bacaan merupakan dimensi kedua setelah adanya dimensi Tulisan. Artinya jika kita memiliki tulisan dari al-Qur’an dan kita tidak pernah membaca bacaan al-Qur’an berarti kita hanya punya satu dimensi saja. Keutuhan al-Qur’an tidak sempurna, tapi itu sudah lumayan dari pada yang tidak mempunyai satu pun dimensi dari al-Qur’an.
Selain itu juga dijelaskan dalam dimensi ini, bahwa dimensi Bacaan juga telah disebutkan Nabi dengan kejeniusan beliau, Nabi menambahkan 7 dan 5 takbir pada shalat ‘Ied sebagai takbir yang resmi bilangannya. Sehingga pada shalat ‘Ied ada 11+7+5 = 23 kali ucapan Allahu Akbar-nya. Dua shalat ‘Ied =23+23= 46 kali ucapan Allahu Akbar-nya. Jadi shalat Tarawih-Witir dalam satu bulan Ramadhan dan dua shalat ‘Ied: 1740 + 46 = 1786 kali ucapan Allahu Akbar-nya dan billa dibagi 19, hasilnya tepat 94.
Ketiga, alam dimensi Makna, bahwa al-Qur’an memiliki keberagaman Makna. Al-Qur’an sendiri bisa memiliki makna yang tekstual dan kontekstual. Makna tekstual merupakan makna dasar yang muncul dari arti setiap kalimat al-Qur’an. Sedangkan al-Qur’an dalam kajian kontekstual, memiliki sifat aktif jika dikaji. Di mana, yang semakin kretif maka semakin berpeluang untuk sukses.
Dalam kaitannya di dunia matematika sendiri, dimensi Makna telah memberikan sumbangsihnya dalam kematematikaan. Di mana matematika adalah wujud dari hasil kajian Makna al-Qur’an. Jika kita telusuri lebih dalam lagi, bahwa al-Qur’an juga sering memberikan tanda-tanda atau simbol-simbol dan simbol inilah menjadi bukti adanya susunan alam yang diatur secara matematis.
Keempat, alam dimensi Fakta, berisikan fakta-fakta penjelasan dari isi al-Qur’an, sebab biasanya al-Qur’an itu ada sebelum kejadian itu ada. Al-Qur’an bisa dikatakan peringatan untuk alam semesta. Maka jelas, kejadian-kejadian yang keluar dari alam adalah sebagai kode-kode dari bukti penjelasan al-Qur’an.
Dari sini jelas, bahwa ke-4 dimensi tersebut merupakan bagian-bagian penting yang koheren. Sebagaimana kode-kode pembuktian al-Qur’an dalam dunia nyata. Jelas dalam pemaparan karya ini, tidak sebegitu ramai dengan dengan huruf-huruf matematika. Karena dikhawatirkan bagi penulis, pembaca akan lebih jenuh dalam membacanya, apa lagi memahaminya. Berbagai contoh-contoh bukti yang diuraikan dari sepenggal-sepenggal ayat, adalah contoh untuk kita bisa memahami al-Qur’an lebih muda, sehingga KH Fahmi Basya tidak mengajak pembaca bercenderung untuk menghitung dan menghitung angka matematika.
Namun setidaknya, kehadiran buku ini memberikan pencerahan penting bagi semua umat, khususnya matematikawan muslim. Perlu sekali dipahami, bahwa al-Qur’an juga merupakan disiplin ilmu yang harus dipahami sebagai landasan berfilsafat manusia ke arah haq. Ataupun dengan kehadiran ini sebagai referensi bagi jalannya ilmu ke depan. Sukses bukan karena adanya sesuatu tapi karena adanya ke-kreatif-an.
0 Komentar:
Post a Comment